MENGAPA KITA PERLU "MEMETAKAN KONTEKS" SEBELUM BERSIDANG?

Sebuah Penjelasan Sederhana untuk Sinode Am GPI dan 12 Gereja Bagian Mandiri (GBM)

Bayangkan kita semua adalah kapten dari 13 kapal. Sinode Am adalah kapal induk, dan 12 GBM adalah kapal-kapal lain dalam satu armada. Kita akan berkumpul (di SMSA 2025) untuk menentukan satu tujuan dan satu rute perjalanan bersama untuk 5 tahun ke depan.

Pertanyaannya: Kapan waktu yang tepat bagi setiap kapten untuk memeriksa kondisi kapalnya, mengecek cuaca di wilayahnya, dan memetakan karang-karang berbahaya di rutenya? Apakah saat sedang berkumpul di tengah laut (saat SMSA)? Tentu tidak.

Setiap kapten harus melakukannya sebelum berkumpul.

Itulah yang dimaksud dengan "Pemetaan Konteks". Ini adalah proses "pemeriksaan kapal dan pemetaan rute" yang harus dilakukan oleh setiap GBM dan Sinode Am sebelum kita bertemu di SMSA 2025.

Mengapa ini sangat penting?

1. Agar Kita Tidak "Buta" Saat Bersidang

Sidang Majelis Sinode Am (SMSA) adalah waktu yang singkat dan sangat berharga. Kita tidak mau menghabiskan waktu berhari-hari hanya untuk berdebat berdasarkan asumsi atau "kata orang".

  • Tanpa Pemetaan Konteks: Sidang akan diisi dengan kalimat, "Menurut saya, masalah kita adalah A..." dijawab oleh yang lain, "Tidak, menurut saya masalah kita adalah B..." Semuanya berdasarkan perkiraan, bukan fakta.
  • Dengan Pemetaan Konteks: Peserta sidang datang dengan data. "Berdasarkan Strategic Diagnostic Toolkit kami, 60% pemuda kami menghadapi isu pengangguran (data dari Kajian Thema) dan tantangan terbesar kami adalah kesenjangan digital."

Saat kita datang membawa data (hasil pemetaan), kita bisa melewati perdebatan "apa masalahnya" dan langsung fokus mencari "apa solusinya".

2. Karena Setiap Gereja Punya "Medan Pelayanan" yang Berbeda

GPI adalah "persekutuan fungsional" (bukan satu gereja yang diperintah dari atas). Ke-12 Gereja Bagian Mandiri (GBM) itu otonom dan melayani di konteks yang sangat berbeda-beda.

  • Tantangan jemaat GPIB di Jakarta (isu individualisme, biaya hidup) sangat berbeda dengan tantangan jemaat GPM di Maluku (isu infrastruktur laut, logistik).
  • Kekuatan GMIM di Minahasa (organisasi kategorial yang mapan) mungkin berbeda dengan kekuatan GPI Papua (pelayanan kontekstual adat).

Rencana Strategis yang "disamaratakan" untuk semua pasti akan gagal.

Pemetaan Konteks yang dilakukan oleh setiap GBM (menggunakan Strategic Diagnostic Toolkit) memastikan bahwa rencana besar yang akan kita susun nanti "membumi", realistis, dan benar-benar menjawab kebutuhan nyata di setiap wilayah.

3. Membangun Rasa "Memiliki" Rencana (Ownership)

Ini adalah prinsip sederhana: Orang akan lebih berkomitmen pada rencana yang ikut mereka buat.

Jika Sinode Am datang ke SMSA dan berkata, "Ini Rencana Strategis untuk 5 tahun, silakan laksanakan," maka 12 GBM akan merasa seperti "disuruh".

Tetapi jika setiap GBM lebih dulu melakukan diagnostik mandiri (Pemetaan KonteKS), mereka "bercermin" dan menemukan masalahnya sendiri. Saat datang ke SMSA, mereka tidak datang dengan tangan kosong. Mereka datang membawa "PR" yang sudah dikerjakan dan siap didiskusikan.

Strategic Consolidation Toolkit kemudian akan menggabungkan 12 "PR" ini menjadi satu rencana bersama. Dengan cara ini, Rencana Strategis yang dihasilkan bukanlah "milik Sinode Am", tapi "milik kita bersama".

4. Menjalankan Amanat Tema: "Ujilah Segala Sesuatu"

Tema kita adalah "Ujilah Segala Sesuatu, Peganglah yang Baik" (1 Tesalonika 5:21). Bagaimana kita bisa "menguji" (menganalisis) sesuatu jika kita bahkan tidak tahu apa yang harus diuji?

Pemetaan Konteks adalah langkah pertama dari proses "menguji" itu.

Kita "menguji" kondisi ekonomi, sosial, dan teknologi di sekitar kita (analisis PESTEL). Kita "menguji" kekuatan dan kelemahan internal gereja kita (analisis 7-S). Ini adalah tindakan ketaatan teologis kita pada Tema Sidang.

Kesimpulan: Datang dengan Peta, Pulang dengan Kompas

Pemetaan Konteks yang dilakukan sebelum SMSA adalah "bekal" kita.

  • GBM datang membawa "Peta Kontekstual" wilayahnya.
  • Sinode Am datang membawa "Peta Gambaran Besar" GPI.

Di dalam SMSA, kita akan menyatukan semua peta itu. Hasilnya adalah satu Kompas Bersama (Agile Strategic Plan) yang jelas, kuat, dan disepakati oleh semua kapten kapal. Kita tidak akan berlayar dalam gelap.



Masuk untuk meninggalkan komentar